6 Ciri-Ciri Haji Mabrur Menurut Para Ulama Ahli Hadis

By. Darma Taujiharrahman - 10 Jul 2023

Bagikan:
img

batemuritour.com - Haji merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki nilai spiritual dan keutamaan yang tinggi. Setiap tahun, umat Muslim dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong menuju Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Namun, tidak semua haji dianggap mabrur atau diterima oleh Allah SWT. Menurut para ulama ahli hadis, terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa haji seseorang itu mabrur. Dalam tulisan ini, kita akan mengulas beberapa ciri haji mabrur menurut para ulama tersebut.

 

1. Meningkatnya Kualitas Pribadi

Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya "Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i," salah satu bukti bahwa haji seseorang itu mabrur adalah ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya. Artinya, haji mabrur akan menghasilkan perubahan positif dalam sikap dan perilaku individu. Setelah melaksanakan haji, seseorang seharusnya meningkatkan kualitas dirinya dalam beribadah kepada Allah dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia.

 

هُوَ الْمَقْبُولُ الْمُقَابَلُ بِالْبِرِّ وَهُوَ الثَّوَابُ، وَمِنْ عَلَامَةِ الْقَبُولِ أَنْ يَرْجِعَ خَيْرًا مِمَّا كَانَ وَلَا يُعَاوِد الْمَعَاصِي

Bukti bahwa haji seseorang itu maqbul atau mabrur adalah ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi perbuatan maksiat. (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).

 

Baca juga: 

 

2. Tidak Mengulangi Perbuatan Maksiat

Ciri lain dari haji mabrur adalah seseorang tidak mengulangi perbuatan maksiat setelah kembali dari Tanah Suci. Maksiat adalah perbuatan yang bertentangan dengan aturan agama dan mengakibatkan dosa. Haji yang diterima oleh Allah adalah mereka yang mampu menghindari perbuatan maksiat dan tidak mengulangi dosa-dosa yang pernah dilakukannya sebelumnya.

 

3. Tidak Ada Riya (Pamer)

Riya adalah tindakan beribadah dengan tujuan untuk memperoleh pujian, pengakuan, atau popularitas dari orang lain. Jalaluddin as-Suyuthi juga menyebutkan bahwa haji mabrur adalah haji yang tidak ada riya. Artinya, haji yang diterima oleh Allah adalah ibadah yang dilakukan dengan tulus ikhlas semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau pengakuan dari manusia.

 

وَقِيلَ هُوَ الَّذِي لَا رِيَاءَ فِيهِ وَقِيلَ : هُوَ الَّذِي لَا يَتَعَقَّبهُ مَعْصِيَةٌ وَهُمَا دَاخِلَانِ فِيمَا قَبْلهُمَا

Haji mabrur adalah haji yang tidak ada riya. haji mabrur adalah haji yang tidak diiringi kemaksiatan (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).

 

4. Tidak Diiringi Kemaksiatan

Selain menjauhi perbuatan maksiat, haji mabrur juga tidak diiringi dengan kemaksiatan lainnya. Seseorang yang melaksanakan haji yang diterima oleh Allah harus menjaga diri dari segala bentuk perbuatan dosa, baik itu dosa besar maupun dosa kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Jalaluddin as-Suyuthi yang menyatakan bahwa haji mabrur adalah haji yang tidak diiringi kemaksiatan.

 

5. Ketaatan yang Diterima oleh Allah

Al-Munawi At-Taysir bi Syarhil Jami’is Shaghir menyebutkan bahwa haji mabrur adalah ibadah ketaatan yang diterima oleh Allah. Ini berarti bahwa haji yang diterima oleh Allah adalah haji yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, kesungguhan, dan berdasarkan petunjuk agama yang benar.

 

6. Terbebas dari Jinayah dan Dosa Besar

Sebagian ulama juga mengartikan haji mabrur sebagai pelaksanaan manasik yang terbebas dari jinayah, kejahatan berat yang mengandung dosa besar. Dalam konteks ini, haji mabrur adalah haji yang tidak melibatkan pelanggaran terhadap hukum agama atau perbuatan dosa yang berat.

 

قوله المبرور قيل هو الذي لا يقع فيه معصية وقد جاء من حديث جابر مرفوعا إِنَ بِرَّ الحَجِّ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الكَلَامِ وعِنْدَ بَعْضِهِمْ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ

Mabrur adalah ibadah haji yang tidak terdapat maksiat di dalamnya. Sebuah hadits marfu’ dari sahabat Jabir ra, ‘Sungguh, haji mabrur itu memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik.’ Menurut sebagian, ‘Memberikan makan kepada orang lain dan menebarkan salam. (Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, [Beirut, Darul Fikr: 1998 M/1418 H], juz II, halaman 69).

 

Dalam rangka mencapai haji yang mabrur, seorang jamaah haji perlu memahami dan mengamalkan ciri-ciri tersebut. Haji yang diterima oleh Allah akan menjadi landasan untuk perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Oleh karena itu, selain melaksanakan rukun-rukun haji secara fisik, sangat penting untuk menjaga keikhlasan dan menghindari perbuatan maksiat selama dan setelah melaksanakan ibadah haji. Dengan begitu, umat Muslim dapat berharap agar hajinya diterima oleh Allah SWT sebagai haji mabrur. Waallahua'lam bishowab.

 

Baca juga: 

 

Sekian pembahasan tips ini kami sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian, amin amin ya rabbal alamin. Informasi tentang paket perjalanan umroh dan tips lainnya kunjungi kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp