Sayyidina Hasan bin Ali: Kepribadian Mulia dan Kebaikan Hati

By. Ibnu Fikri Ghozali - 06 Feb 2024

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Sayyidina Hasan bin Ali, putra pertama dari pasangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az Zahra, adalah sosok yang dikenal dengan kebaikan hati, kepribadian yang sempurna, dan kebijaksanaan dalam berbagai situasi. Imam Jalaluddin Suyuthi dalam kitab "Tarikh Khulafa" menggambarkannya sebagai laki-laki yang memiliki kepribadian yang luar biasa.

 

Baca juga: Doa Jamaah Haji Sebelum Tiba di Tanah Air

 

Sayyidina Hasan tidak hanya dikenal sebagai cucu Rasulullah Muhammad SAW tetapi juga sebagai pemimpin yang adil dan penyabar. Imam Jalaluddin Suyuthi menuliskan sifat-sifat Hasan yang mencakup kepemimpinan, kesabaran, ketegasan, pemurah, dan akhlak terpuji. Hasan menjauhi pertengkaran dan pertumpahan darah, menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang.

 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim, Rasulullah SAW memuji Hasan sebagai ahli surga:

وأخرج الترمذي والحاكم عن أبي سعيد الخدري، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الحسن والحسن سيدا شباب أهل الجنة 

"Hasan dan Husein adalah dua pemimpin para pemuda penghuni surga." - (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim)

 

Meski dikenal sebagai pemimpin yang berwibawa, Hasan juga terkenal dengan kelembutan hati dan kesabaran yang tinggi. Umair bin Ishaq, seorang sahabat, menjadi saksi atas kebaikan hati Hasan. Ketika Gubernur Marwan sering mencaci-maki Ali bin Abi Thalib dalam khutbah Jumat, Marwan mengirim pesan hinaan kepada Hasan, menyebut Ali dan Hasan sebagai keledai.

 

Baca juga: Doa untuk Kemudahan dalam Situasi Sulit

 

Hasan, yang tidak pernah membalas dengan kata-kata kasar, malah memberikan jawaban yang penuh hikmah:

"Kembalilah padanya dan katakan padanya bahwa aku tidak akan membalas kata-katanya. Tetapi kita akan bertemu di hadapan Allah, dan jika engkau berkata benar, Allah akan membalasmu dengan kebenaranmu. Tetapi jika engkau berdusta, ketahuilah bahwa Allah memiliki siksaan yang pedih."

 

Ketika Hasan menjadi gubernur di Kufah, ia menunjukkan tegas dalam menegakkan keadilan. Namun, kehidupannya penuh ujian. Ketika Muawiyah menuntut jabatannya, Hasan setuju dengan syarat-syarat tertentu yang bertujuan untuk menjaga perdamaian dan mencegah pertumpahan darah di kalangan umat Islam.

 

Meskipun keputusannya mendapat berbagai celaan dan hinaan, termasuk dari orang-orang yang kecewa dengan damai yang dijalinnya, Hasan tetap menjaga hati yang lapang dan tidak membalas dengan kebencian.

 

Hasan wafat karena diracun oleh istrinya, Ja'dah binti Asy'ats bin Qais, yang terpengaruh oleh bujuk rayu Yazid bin Muawiyah. Di tengah kesakitan, Hasan tetap menunjukkan kebaikan hati dan kesabaran. Ketika ditanya oleh saudaranya, Husein bin Ali, mengenai orang yang meracuninya, Hasan menjawab dengan penuh ketakwaan:

"Allah lebih dahsyat balasannya, jika benar dugaanku, bahwa aku diracun. Jika tidak, demi Allah jangan sampai ada orang yang terbunuh karena diriku."

 

Baca juga: Mengapa Isra Mi’raj Dilakukan di Malam Hari?

 

Kisah kehidupan Sayyidina Hasan bin Ali memberikan teladan tentang kebaikan hati, kesabaran, dan kepemimpinan yang berlandaskan keadilan. Hasan memilih damai, menunjukkan tegas dalam menjalankan kebijakan, dan tetap lembut dalam menghadapi hinaan dan cemoohan. Semoga kisah Hasan bin Ali menjadi inspirasi bagi umat Islam dalam meneladani akhlak mulia dan sikap yang penuh kebaikan.









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp