Sejarah Dakwah Islam: Thaif Simpan Kisah Pilu Nabi Muhammad SAW

By. Dewi Savitri - 02 May 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- Hai Sobat Batemuri!! Thaif merupakan salah satu kota yang memiliki udara sejuk karena lokasinya yang berada di lembah pegunungam Asir dan Al Hada. Lokasinya terletak sekitar 100 kilometer arah Tenggara Kota Makkah. Thaif merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian sampai 1.500 meter dari permukaan laut. Hal ini yang mengakibatkan adanya perbedaan iklim antara Thaif dan Makkah.

 

Baca Juga: Mengenal Jabal Tsur, Tempat Persembunyian Rasulullah SAW dari Kaum Kafir Quraisy

 

Thaif menjadi daerah pertanian penting Arab Saudi. Dalam sejarah Islam, Thaif banyak meninggalkan kenangan pahit bagi Rasulullah SAW. Pada awal Rasulullah SAW melakukan dakwah Islam Rasulullah SAW mengalami kisah pilu disini. Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk mengajak Kabilah Tsaqif, penguasa Thaif, untuk meminta pertolongan dan perlindungan.

 

Perjalanan ini dilakukan setelah wafatnya Siti Khadijah dan pelindung utama Nabi Muhammad SAW Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib yang disegani kaum musyrikin Quraisy membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Jika pada saat itu warga Thaif mau menerima Rasulullah SAW, maka kota ini mungkin akan menjadi tempat berlindung bagi kaum muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah.

 

Rasulullah mencoba pergi ke Thaif dengan berjalan kaki secara diam-diam untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat dari kaum musyrikin Makkah. Rasulullah tinggal selama 10 hari di Thaif untuk berdakwah dan meminta perlindungan, namun ternyata penduduk Thaif menolak dan memperlakukan Rasulullah dengan kasar.

 

Rasulullah SAW bahkan dilempari oleh kaum Tsaqif hingga terluka. Melihat Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membela dan melindungi Rasulullah SAW. Pada saat melindungi Rasulullah SAW Zaid bin Haritsah juka terluka akibat terkena lemparan batu di bagian kepala. Akhirnya, Rasulullah SAW berlindung di kebun miliki ‘Utbah bin Rabi’ah.

 

Baca Juga: Mengenal Masjid Quba, Masjid Bersejarah Umat Islam

 

Dikutip dari Detik.com, saat itu Rasulullah SAW berdo’a, “Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku. Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

 

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak ku hiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan, sungguh tiada daya dan kekuatan apapun selain atas perkenan-Mu.”

 

Dari do’a ini semuanya tentu memahami betapa beratnya cobaan Rasulullah SAW saat itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh ridho, ikhlas dan sabar tanpa putus asa. Seperti sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Aisyah RA yang artinya:

 

“Ia (Aisyah) berkata, “Wahai Rasulullah SAW, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?” Nabi SAW menjawab “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan adalah pada hari Aqobah dimana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib. Aku mengangkat kepalaku dan aku pandang dan tiba-tiba Jibril muncul memanggilku seraya berkata “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu.” Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan “Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-Mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, akyu bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.” Rasulullah SAW kemudian menjawab “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu apapun.”

 

Baca Juga: Simpan Kisah Pilu Rasulullah SAW, Inilah Thaif, Kota Sejuk di Arab Saudi

 

Waallahu A'alam Bisshowab

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp