Mutiara Hikmah Syeikh Ibnu 'Atoillah as-Sakandary : Jangan Membanggakan Amalan !

By. Siti Rahmawati - 05 Jul 2023

Bagikan:
img

Batemuritour.com- islam mengajarkan untuk melakukan amal kebaikan sesuai ajaran syariat. Namun, seringkali banyak diantara kita yang berbangga diri atau merasa menjadi orang baik setelah melakukan amal kebaikan. Tapi ada juga amal kebaikan yang dilakukan tanpa disadari atau terlupakan, karena dianggap kecil. 

 

Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan amal kebaikan seperti apa yang kemungkinan besar diterima Allah SWT. 

 

 لا عَمَلَ أَرْجى لِلْقُلوبِ مِنْ عَمَلٍ يَغيبُ عَنْكَ شُهودُهُ ويُحْتَقَرُ عِنْدَك وُجودُهُ

"Tidak ada amalan yang lebih bisa diharapkan hati untuk diterima Allah SWT daripada amalan yang tidak kamu sadari dan dianggap remeh."

(Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)

 

 

Untuk memulai amalan yang baik, perlu diawali dengan yang baik pula, dijelaskan dalam hadits, bahwasannya untuk memulai sesuatu kita disunahkan untuk membaca asma allah.

 

"Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillahir rahmanir rahim maka ia terputus."

(HR. Abu Dawud).

 

 

Maksud "terputus" dalam hadits ini bukanlah tidak diterimanya amal kebaikan, akan tetapi hilangnya keberkahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberkahan adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam sebuah amal perbuatan. Jikalau keberkahan itu tiada maka amalan yang kita kerjakan akan sia-sia belaka.

Ada satu pertanyaan yang berkaitan dengan hal ini, bukankah setiap pekerjaan itu harus dimulai dengan puji pujian kepada Allah Swt.? Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.:

 

"Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan memuji Allah maka ia terputus. "

(HR. Ibnu Hibban)

 

 

Baca juga : 

 

 

Jikalau dilihat sepintas, memang kedua hadits ini saling bertentangan. Hadits pertama memerintahkan kita untuk memulai suatu pekerjaan dengan basmalah. Sedangkan hadits kedua justru memerintahkan kita untuk memulainya dengan memuji Allah Swt. Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan?

 

Sebenarnya, kedua hadits tersebut tidak saling kontradiksi. Memang, kita diperintahkan oleh Allah Swt. untuk memulai segala urusan dengan memuji-Nya, dan ucapan basmalah adalah salah satu lafal yang menunjukkan pujian bagi-Nya. Jikalau kita perhatikan baik-baik, maka kata ar-Rahman dan ar-Rahim adalah pujian bagi-Nya. Kita mengakui bahwa Allah Swt. Maha Pengasih kepada seluruh umat manusia, sebagaimana juga Maha Penyayang kepada kaum mukminin. Pekerjaan yang dimulai dengan basmalah maupun tahmid, keduanya sama-sama mengandung makna pujian kepadaNya.

 

Syeikh Ibnu 'Atholilah dalam Al-Hikam, megatakan:

 

"Di antara tanda bergantung pada pekerjaan yang shalih adalah kurangnya keinginan untuk melakukan kemaksiatan. "

 

 

Terkadang, ketika seorang muslim melakukan berbagai amal shalih, ia menyangka bahwa itu cukup untuk menyelamatkannya dari api neraka, dan memasukkannya ke dalam surga Allah Swt. Ia bergantung pada amalanamalannya itu.

Ketika ia melakukan suatu kemaksiatan maka ia hanya cuek bebek. Dalam pikirannya, semua itu akan tergantikan oleh amalan-amalan shalih yang selama ini dilakukannya. la menggantungkan harapannya pada amalan-amalan itu, dan mengurangi rasa berharap kepada Allah Swt.

 

 

Sebenarnya, ini adalah sebuah kesalahan besar. Selain itu, tindakan seperti ini juga merupakan sebuah bentuk kesyirikan, karena menggantungkan harapan pada selain-Nya. Padahal, dalam setiap shalat, kita melantukan, "Kepada-Mu kami menyembah, dan kepada-Mu pula kami meminta tolong."

 

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa seorang ahli ibadah ditanya ketika berada di dekat Mizan, "Apakah engkau ingin masuk surga dengan amalanmu atau rahmat-Ku?" Karena laki-laki ini merasa yakin dengan amalan-amalan yang selama ini dilakukannya, maka ia menjawab, "Dengan amalan-amalanku." Tatkala ditimbang, ternyata amalanamalannya itu tidak mampu memasukkannya ke surga, sehingga ia dilemparkan ke Neraka.

 

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa seorang pembunuh jiwa dimasukkan oleh Allah Swt. ke surga-Nya, padahal ia belum melakukan amal shalih sedikit pun. Begitu juga halnya dengan seorang pelacur yang berhak memasuki surga-Nya, itu hanya karena menolong seekor anjing yang kehausan. Semua itu semata-mata karena rahmat Allah Swt. Seorang mukmin sejati yang mengenal Tuhannya selalu bergantung pada Tuhannya, bukan amalan-amalannya.

 

 

Baca juga:

 

 

Waallahu A'alam Bisshowab

 

Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com









Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp