Batemuritour.com - Demensia atau menurunnya daya ingat merupakan penyakit yang sering terjadi terhadap jamaah haji Indonesia.
Seperti diketahui sekitar 60 persen jamaah haji Indonesia sudah lanjut usia (lansia).
penyakit ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kehidupan sosial penderitanya. Awalnya, nenek menjalani kehidupan beribadah di tanah suci seperti jamaah lainnya.
Sumber gambar : detik.com
Baca juga:
Waspadai Gejala Demensia pada Jemaah haji Lansia
Jemaah haji lansia dengan penyakit bawaan cukup banyak di Arab Saudi. Salah satu jemaah haji yang tengah dirawat di KKHI Makkah tengah mengalami demensia atau pikun.
Dilansir dari sumber kumparan.com dokter Spesialis Kejiwaan, Bangsal Kejiwaan, KKHI Makkah, dr Erih Williasari, mengatakan pasien ini demensia dengan pandangan masih harus selalu bersama sang suami.
Pasien ini memang berangkat haji berdua dengan suaminya.
Selama beribadah haji, tentu pasien dan suaminya tidak tidur satu kamar. Inilah yang membuat pasien mulai mengamuk di kamar.
Erih mengatakan, pada pasien demensia, bicara dari hati ke hati itu sangat penting. Pasien harus terus diingatkan dengan kondisi baru yang sedang dan akan terjadi ke depan, khususnya selama beribadah haji.
Dengan begitu, suasana baru itu bisa dirasa dekat. Bukan suasana baru yang asing bagi dia.
"Pada pasien demensia kan enggak tahu ini di mana. Pasien demensia itu butuh dikasih gambaran terus, ibu sekarang sedang berada di hotel. Hotel ini nanti ibu tidurnya sama ini ya.
Seperti beri edukasi sama anak-anak. Nanti tidurnya sama ini satu kamar berapa orang," jelas dia.
Baca juga :
Ka’bah Bukan Tujuan, Tapi Pedoman Arah!
Seruan Haji Pertama Kali oleh Nabi Ibrahim
Erih mengatakan, pada pasien demensia, bicara dari hati ke hati itu sangat penting.
Pasien harus terus diingatkan dengan kondisi baru yang sedang dan akan terjadi ke depan, khususnya selama beribadah haji.
Dengan begitu, suasana baru itu bisa dirasa dekat. Bukan suasana baru yang asing bagi dia.
Erih juga sudah menyusun terapi penanganan demensia terhadap pasien ini. Kendala yang dihadapi hanya soal bahasa karena pasien hanya bisa berbahasa Jawa.
"Harus diajak ngomong, jangan sendiri, nanti mikir ke mana-mana 'Kok saya sendiri?' Support bisa dari keluarga, ketua kloter, bahasanya, baik, suara pelan," ucapnya.
Baca juga:
Waallahu A'alam Bisshowab
Sekian pembahasan Batemuritour kali ini, bagi kalian yang ingin bertanya ataupun berkomentar terkait konten-konten Islami silahkan hubungi email kami di umrah.batemuri@gmail.com atau terus cek artikel kami di www.batemuritour.com